Rela Menjadi Iblis untuk Melindungi Anaknya
(Review Novel "Holy Mother" - Akiyoshi Rikako)
Data Buku:
Judul : Holy Mother
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit, tahun : Haru, 2016
Banyak orang yang beranggapan bahwa seorang wanita baru disebut sempurna apabila telah menjadi ibu. Namun, tidak semua orang dengan mudah memiliki anugrah ini. Didiagnosa menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS), Honami mengalami kesulitan memiliki anak. Dia berkali-kali keguguran. Dia pun harus menjalani prosedur kedokteran yang panjang, melelahkan, bahkan menyakitkan. Setelah perjuangan panjang, dia akhirnya berhasil melahirkan seorang putri.
Di kota Aiide, tempat Honami tinggal, ditemukan mayat korban pembunuhan yang sangat brutal dan tidak berperikemanusiaan. Tak hanya dibunuh, jasad korban yang masih TK juga diperkosa lalu dibuang dalam kardus di bawah jembatan. Tentu saja, hal tersebut membuat Honami begitu cemas dan ketakutan. Dia pun bersumpah untuk melindungi anaknya, bahkan kalau perlu sampai mengorbankan dirinya.
Anak ini, putrinya, harus dia lindungi. Demi itu, dia rela melakukan apa pun. Seorang ibu yang melindungi anaknya akan mengerahkan seluruh kekuatannya. Aku tidak akan membiarkan kasus ini memporakporandakan keluargaku. Dia akan mengawasi putrinya dengan ketat, dan meyakinkan keamanannya.
Karena dia anak mukjizatku. (hal. 18)
Novel ini benar-benar berhasil menunjukkan kasih sayang ibu tak terbatas, hampir buta. Sosok istimewa yang diberikan Tuhan ini sampai rela jungkir balik berjuang sampai mengorbankan nyawa. Bahkan mungkin juga berubah menjadi iblis untuk melindungi putrinya.
Di sini juga ada....
... seorang ibu yang rela menjadi iblis untuk melindungi putrinya. (hlm. 275)
Pemilihan sudut pandang orang ketiga dengan sukses menyeret saya dalam dunia tokoh-tokohnya. Selain Honami yang menjadi "kamera", ada detektif polisi Sakaguchi dan Tanizaki, serta seorang murid SMA bernama Makoto.
Biasanya novel-novel thriller atau misteri baru mengungkapkan sosok pembunuhnya di akhir cerita. Namun, Akiyoshi Rikako tidak. Di Holy Mother, beliau sudah membuka identitas pembunuhnya di bab awal. Bukannya bosan karena misteri sudah terbuka, justru sebaliknya. Cerita ini malah jadi semakin menarik untuk diikuti.
Memang sih, ada beberapa detail yang saya merasa cenderung lewah. Namun, ternyata info yang tampaknya berlebihan itulah yang menjadi benang merah cerita. Sehingga twist-nya masuk akal seperti potongan puzzle. Itulah cara Akiyoshi Rikako menjebak saya sehingga twist endingnya sukses. Ha-ha-ha...
Setelah buku selesai dibaca, saya memang merasa tertipu. Apa yang saya tebak dan duga di awal ternyata meleset. Namun, ketika dibaca kembali sampai ke detail, akhirnya puzzle-nya cucok. Beuh! Saya tidak akan mengungkapkan spoiler di sini. Lebih baik teman-teman baca sendiri, deh, bukunya. Tidak akan menyesal, kok.
Bagi teman-teman penyuka cerita thriller dan twist ending, novel ini highly recommended untuk dibaca.