Antara Aku, Mereka, dan Ruang Hampa

 

Tawon-tawon di kepalaku pun diam, tak berdengung seperti biasanya. Sepi. Kupanggil geng rusuh, berharap bisa mengembalikan keributannya. Namun tawon-tawon itu tetap sembunyi, hanya mengintip malu bagai tuan putri.
"Kemarilah, jangan sembunyi!"

Kupanggil nama-nama kalian satu per satu. Senyap. Ternyata hanya ada aku sendiri.
Sunyi. Tak ada suara, aku bagaikan terpenjara di ruang hampa.
Ah, kalau saja benar ruang hampa itu ada. Adakah di sana waktu berjalan sama seperti di dunia nyata? Lalu bisakah tawon-tawon itu nanti kembali menggemakan dengungnya? Kesunyian ini terasa begitu mencekik jiwa. Apakah tawon-tawon itu memang sudah pergi? Kehilangan mulai terasa menggerogoti hati.

***
Jangan tanya ini tulisan apa. Karena aku akan menjawab, "Entahlah. Kaucari tahu saja sendiri."
Mungkin inilah yang disebut writer's block. Mata menatap tulisan, tapi otak rasanya tak tahu mesti mengerjakan apa. Padahal peer editan masih ada, outline yang belum digarap pun masih menunggu. Jadi, kenapa kata-kata itu seakan jauh untuk dijangkau? Mereka terasa sulit untuk dirangkai?
Tak penting! Ini tulisan apa. Anggap saja ocehan otak yang sedang kacau.

0 Comments