Nostalgia dengan Novel Lima Sekawan

Karya Enid Blyton ini pertama kali diterbitkan tahun 1953 dengan judul "Five Go Down to The Sea". Kemudian baru dialih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia tahun 1980 oleh Penerbit Gramedia. Nah, buku yang kubaca ulang ini cetakan ke-16 yang terbit bulan November 2015 lalu.

Lima Sekawan merupakan kisah petualangan empat orang anak (Julian, Dick, George, dan Anne) ditambah Timmy, seekor anjing. Dalam Lorong Pencoleng merupakan buku seri yang ke-12.

"Kali ini Lima Sekawan yakin di daerah pesisir Cornwall yang sepi dan tak akan ada petualangan. Tapi, ketika suatu malam mereka melihat sinar memancar dari sebuah menara tua, mereka jadi bertanya-tanya. Betulkah di zaman sekarang ini masih ada pencoleng yang merampok kapal-kapal yang lewat dengan menyalakan suar palsu? Akankah besok mereka menemukan kapal yang pecah berkeping-keping karena dijebak oleh para pencoleng itu?" Begitulah blurb yang tercetak di belakang bukunya.

Di Cornwall, Lima Sekawan menginap di Tremannon Farm, milik suami-istri Penruthlan. Mereka juga berkenalan dengan Yan dan kakeknya. Kakek Yan merupakan putra seorang pencoleng. Dari beliaulah, Julian cs mendengarkan cerita tentang para pencoleng yang menyalakan suar palsu sehingga menyesatkan kapal-kapal terdampar ke batu karang.

Walau awalnya hanya ingin berlibur, tetapi jiwa petualang Lima Sekawan tidak dapat dibendung ketika mendengar tentang Lorong Pencoleng. Namun, ternyata setelah menemukannya, Lima Sekawan malah dikurung. Siapa yang mengurung mereka dan ada rahasia apa di sana? Mending baca sendiri saja ceritanya. Bukunya tipis kok, hanya 248 halaman.

Walau ditujukan untuk pembaca usia anak dan remaja, aku masih menikmati baca bukunya, lo. Apakah itu artinya aku masih berjiwa remaja? LOL. Tapi memang sih, pertama kali baca ceritanya itu ketika aku masih SMP. Jadi, membaca ulang dengan tampilan sampul baru bisa dianggap nostalgia. Bagaimanapun, menurutku, Lima Sekawan merupakan salah satu seri yang melegenda.  


Lima_Sekawan_Dalam_Lorong_Pencoleng



4 Comments

  1. lima sekawan memang cukup seru buat dibaca saat santai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Mbak. Lumayan untuk isi waktu santai.

      Hapus
  2. Saya lupa sih, tapi kayaknya memang saya belom pernah baca novelnya, tapi dengar lima sekawan ini sering banget, sampai dijadikan merk ya?
    Eh itu dua sekawan ya? hahahaha.

    Kalau dengar kata Sekawan itu, udah kerasa aura jadulnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Iya, kalau pertemanan sekarang sudah jarang menggunakan kata'sekawan', tapi kalau nama merek atau perusahaan, banyak.

      Hapus